Bila anak sungai telah mengalir, kau pun tak dapat membendungnya
Ketika secercah harapan telah pupus, kau pun tak dapat menghadirkannya
Bila sang burung tak lagi bersayap, kau pun tak dapat menerbangkannya
Tahukah kau apa yang aku siratkan kepadamu?
Tahukah kau makna dibalik aksara kasat mata?
Bila aku menangis aku yakin kau tak dapat menghentikannya sekalipun belati kau sodorkan di mukaku
yang basah digenangi air menganak sungai ini
Ketika asaku meraih mimpi yang kau janjikan telah habis ditelan waktu dipudarkan oleh penantian kau tak dapat menimbulkan kembali rasa yang dulu pernah kusimpan untuk dirimu sekarang
Dan bila diriku tak lagi mampu terbang di awan cinta langit fatamorgana yang kau ciptakan kau pun tak dapat membuat aku melayang jauh lagi bersama sayap-sayap utuh dirimu
Aku mati rasa
Tak lagi dapat merasakan hangatnya mentarimu
Tak lagi dapat merasakan hangatnya bisikanmu
Tak lagi dapat merasakan dinginnya ujung jemarimu
Aku kebal jiwa raga
Ruang kosong dihatiku semakin berjubel
Pesonamu kini hilang sedikit demi sedikit
Aroma tubuhmu tak lagi membekas di ujung-ujung hidung
Aku tak membencimu
Juga tidak lagi menyayangimu
Aku hanya temanmu sekarang
Dan bukan “seseorang” bagimu
(Malang, 03 April 2010 at 5:10 am)