Wednesday, October 21, 2009

GIRING MALAM KE FIRDAUS

Malam, mengapa tak kunjung nampak,
Maaf karena semalam.
Malam, akankah kau hadir selepas petang?
Lepas dendam semalam.
“dia tak bisa hadir!” hatiku membentak.
“mengapa malam tak bisa?”
“si jago merah kembali lagi!” ia tegas
Tibalah malam ke haribaanku,
Singgahlah sejenak wahai mahapekat,
Bersemayam para angin bersamamu.
Masanya tak tepat wahai mahajago,
Penghambat kehadiran malam.
Firdaus sunyi senyap,
Bercampur si jago dan tangis.
Dari lembah sunyi, ladang manusia.
Bawa malam padaku, “tak bisa, wahai peziarah malam” jawabnya berlalu.

(Soroako, Agustus 2008)

TUHAN, AKU PELACUR!

Selangkangan perih,

Sudah resiko pemula,

Ku malu aib,

Konsekuensi profesi,

Semalam angsur jutawan,

Kembang malam laku keras!

(Soroako, Agustus 2008)

UndanganMu

Sabtu siang, ramah mentari
Roti bakar, susu cokelat.
Humm..nikmat tenan.
Tepat pukul enam, waktu maghrib.
Setelah ku tunai kewajibanku,
Habis sudah persiapan waktu dan diriku,
Jemput aku di tangga ini.
Aku belum menerimanya,
Kartu undangan hijau muda
Maupun hitam legampinggiran emas.
Namun, kuyakin sekaranglah undanganMu kan datang.
Kucium kening ibu bapak, kakak dan adik tercinta
Mohon maaf pelbagai khilaf
Hutang piutang, terlunas ikhlas.
Jemput aku di tangga ini,
“srettttt..plakkkk..tuppllaaaaakkk..plaaaaakkk!!!”

(Soroako, Agustus 2008)

KAIN

Embun pagi menyeruak permukaan daun,
Sebening kasih yang Ia tumpah.
Wajahku tak sebenig kasih-Nya dan embun-Nya.
Kau masih tertidur pulas.
Di kasur empuk katanya mahal,
Baju tidur merk ternama,
Kau pamer tanpa sengaja,
Padaku serta orang-orang.
“biarlah ku berbalut kain lusuh”
Hatiku bergumam pada-Nya
Suatu siang di tengah terik-Nya,
Daun pintu meronta-ronta
“bukalah aku tuan rumah..ada tamu!”
Langkahmu terasa berat, kain sutramu.
Kau tanggalkan nylon, dan katun kau singkirkan.
“lekas bayar hutang-hutangmu!”
Juragan kain memaksamu.
“berilah waktu beberapa bulan lagi,
Ku tak punya lagi harta penebus kainmu”
“bila punya kain sutra lunasi borok dengan barang itu!”
Kau menipunya agar kain bersamamu.
Pembual selera tinggi.

(Soroako, Agustus 2008)

Tuesday, October 6, 2009

SATU

Satu angka yg pertama bukanlah nol

Satu peringkat teratas menjadi rebutan yg menghasilkan persaingan

Satu ketunggalan dalam keluarga yg menciptakan kerinduan

Satu orang yg bermasyarakat pd hakikatnya adalah sendiri

Satu aku hirup udara dunia keluar lewat rahim ibu hanya sendiri

Satu saat ini aku hanya sendiri sekalipun teman-teman di sekitarku, orang tua, tetangga, tapi aku masih sendiri, satu-satunya di dunia dalam diriku.

Malang, 18 juli '09 @ 19:54
When u was born,

you cried for happyness to live.

When u was child, you cried for something that you saw it like toys.

When you was kid, you cried for anything that you even don't know if its might be to cry for.

When you was teenager, you cried for so much things such as teens-love, parents rule, friends, school, your self, anything!

When you will be adult, what will you cry for?

MALANG, 29 JULI '09

TEBING




Ketika aku mencoba tuk berdiri kembali,

di tengah krisis jiwa yg tlah lama mengakar,


ketika aku mencoba tuk merasa bebas tertawa kembali,

di tengah kecanggungan yg melanda wajah muda,

ketika aku merangkak,

memanjati tiap-tiap tebing kepercayaan terhadap diri sendiri yg hampir pudar,

aku dikalahkn oleh suara reruntuhan kerikil suara mereka,

kerikil itu datang sdikit demi sedikit,

walau kecil, tapi perih di kalbu dan relung hatiku remuk!

(malang, 5 sept '09)

Saturday, April 25, 2009

KELAHIRANKU

Seberkas sinar sedikit menyilaukan mata sipitku.
Jeli disekelilingku hampir goyah.
Kurasakan tubuhku terdorong dari arah yang tak tentu.
Dari sisi kiri kananku, bawah kakiku dan kepalaku,
Kepalaku berusaha menerobos celah-celah menghasilkan
Berkas sinar silau.
Aku berteriak sekencang-kencangnya.
Tubuhku tak sehangat tadi.
Kurasakan tubuhku terangkat begitu tinggi dan ditelungkupkannya
aku ke kedua gundukan kembar lagi kenyal.
Perempuan itu berbisik di telinga kecilku,
“Kini kita hanya berdua..ya hanya berdua..”
“Namamu Arasin anakku..”
“Singkat dari Anak Pelacuran Husain..ustad muda munafik!”
“Di tiap bulir-bulir darahmu mengandung kromosom kealimannya,
Di sela-sela urat nadimu ku sisipkan kewanitaanku,
Di tiap potong otot-ototmu ku sematkan semangatku,
Di hatimu ku tanamkan kesucian agama bapakmu,
Di wajahmu Dia menggoreskan separuh rupaku juga rupanya,
Di kaki dan tanganmu ku semai bibit kesahajaan diriku..dulu..”
Dalam seluruh jiwa ragamu kutetak harga diri di tiap-tiap sudut kecilnya.”
Ibuku begitu tegar. Tak sesal aku dilahirkannya.
Walau melacur pada ustad muda girang lupa Tuhannya,
ia masih mengharap harga diri baru untukku kelak.
Aku ini kebanggaannya kan?. Tanpa bapak pun aku juga hidup.
Lihat saja nanti!

(Sept-2008)

Thursday, January 29, 2009

My Quote II

Mungkin Tuhan ingin kita bertemu dengan orang yang tidak baik, sebelum kita bertemu dengan orang yang baik. Karena di saat kita bertemu dengan orang yang baik, kita akan ingat untuk mengucap syukur atas pemberian-Nya itu.

**

Kegagalan yang sering kita jumpai di dalam setiap usaha yang sedang kita usahakan sering kali membuat kita merasa tidak memiliki kesempatan kedua bahkan terpuruk di dalamnya. Tapi ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah mengatakan kepada umat-Nya kalau kesempatan kedua itu tidak ada bagi mereka yang mau terus berikhtiar dan bertawakal. Karena sebenarnya kesempatan itu ada di mana-mana, yang tidak hanya adalah usaha dan kemauan untuk menghadapi kemungkinan "gagal" yang kedua kalinya.

**

Dendam hanya akan menyakiti hati dan memenuhi pikiranmu tanpa memberikan penawar di dalam hati kecilmu. Tapi melupakan sakit hati, luka di atas luka juga sulit untuk dilakukan. Apa yang bisa aku lakukan? ketika dendam itu masih melekat, akan kujadikan itu sebagai pelajaran yang aku dapatkan di dalam "kelas" yang diajarkan oleh TUhan. Bila dendam itu menyakitkan, ku anggap sebagai soal "ujian" yang tak bisa aku selesaikan sehingga aku berusaha untuk "remedial" gar bisa lulus ujian.