Ketika aku mencoba untuk
optimis namun yang aku dapatkan malah hasil dari sebuah pesimistis
yang sebenarnya aku hindari. Lalu ketika aku mencoba untuk tetap
berpikir positif, kenyataan yang aku dapatkan malah hasil dari sebuah
pemikiran negative yang sebenarnya kuhindari. Lalu sebenarnya apa
esensi dari berpikiran positif dan optimis bila kekuatan pikiran dan
keyakinan bisa dikalahkan oleh takdir? Tuhan secara tersirat
mengajarkan kita agar selalu optimis dan think positive dalam setiap
keadaan tapi bila kedua hal itu konsisten untuk dilakukan setiap
umatnya apakah bisa merubah takdir?
Aku tidak sedang membahas
cinta saat ini tapi tidak munafik bila hal ini kutulis karena cinta
yang aku rasakan sejak delapan tahun lalu hingga hari ini tiba. Aku
ragu untuk menggoreskan kata hatiku sendiri saat ini karena apa yang
akan aku tulis mala mini akan membuktikan kalau sebenarnya aku akan
membahas tentang cinta seorang perempuan yang ketika pikiran positif
dan optimismenya bersatu namun hasilnya nihil. Pikiran negatifnya
malah membuktikan hal itu dan pesimistis yang ada di dalam dirinya
justru membuktikan hal yang paling dia takutkan.
Dialah perempuan yang aku
sebut perempuan yang paling munafik dan naif. Dia pengecut dan egois.
Tak pernah sekali pun dalam hidupnya dia memperjuangkan apa yang
berhak dia dapatkan sebagai kebahagiaannya sebagai perempuan yang
merdeka, dialah perempuan intelek yang terlalu sombong Karena prinsip
dan idealismenya sehingga merugikan dirinya sendiri, bahkan
melepaskan ornag yang sangat dia sayangi dan baru menyadari kalau
ternyata dia sangat mencintai laki-laki itu. Siapakah dia sebenarnya?
Aku belum bisa memberitahukan kepadamu siapa jati diri sebenarnya
dari perempuan yang satu ini. Tapi kau bisa mengetahui siapa
sebenarnya dia ketika kau telah bertemu dengan perempuan yang
memiliki ciri seperti dia.
Wataknya sekeras batu karang, hatinya
dingin seperti gunung es yang ketika terkena terpaan panas terus
menerus maka akan meleleh sedikit demi sedikit, gengsinya setinggi
puncak Himalaya, dan ketika dia berjalan dengan kedua kakinya yang ia
tahu hanya bagaimana bisa sampai ke tempat yang ditujunya tanpa
menghiraukan apa saja yang ada di sekitarnya. Dan dialah perempuan
yang bisa mengenalmu hanya dengan sekali tatapan matanya yang dalam,
dia bukan cenayang bukan pula seorang paranormal, dia adalah dia.
Perempuan ini, bila saja
dia menyentuhmu dengan jemarinya yang kasar karena pekerjaan rumah
yang biasa dia kerjakan maka tak ada apa-apa yang akan kau rasakan
selain kulitnya. Hanya saja asal kau tahu, dia akan menyentuhmu
dengan kasih sayang yang jarang diberikannya kepada sembarang karena
yang ia tahu adalah kasih sayang hanya untuk orang-orang tertentu dan
rasa suka bisa untuk siapa saja.
Sungguh perempuan yang aku
sembunyikan jati dirinya ini pernah berkata kepadaku dengan
kesungguhan yang aku rasa memang benar apa yang dia katakan itu,
Bila saja hatimu serasa
terbakar ketika melihat laki-laki itu, itu karena kamu memang suka
dengan dia melebihi cokelat yang biasa kau beli di toko depan
kampusmu.
Kalau saja ketika
mendengar suaranya dengan perempuan lain wajahmu serasa memerah dan
terbakar terik matahari, itu karena kamu memang cemburu dengannya dan
itu adalah normal dan bukan pula suatu kelainan yang ditimbulkan oleh
reaksi kimia yang manusia sebut itu cinta.
Dan bila nanti kau akan
mengorbankan segala yang kau punya demi laki-laki itu, dan memang
benar dugaanku kau telah benar-benar jatuh cinta pada dirinya. Kau
sudah pernah jatuh cinta padanya, dan ketika kau telah benar-benar
cinta padanya itu bukan lagi jatuh cinta namanya tapi tak bisa
berdiri karena cinta. Kamu munafik kalau mengingkarinya. Jangan jadi
orang yang naif. Idealismemu terhadap laki-laki terlalu kompleks.
Sungguh perempuan yang
berbicara padaku itu adalah perempuan yang bisa menyelami hati setiap
insane yang sedang dilanda badai asmara, sungguh dia bisa menyentuh
apa yang kamu sembunyikan di dasar hatimu walaupun kamu telah
menyimpannya begitu rapat di relung hati yang menurutmu paling dalam.
Dan dia telah melakukan kedua hal itu padaku. Jika saja dia adalah
seorang laki-laki, mungkin aku akan jatuh cinta juga padanya. Aku
memang gila. But did you know, crazyness is an important thing in a
relationship.
Djogjakarta,
28 januari 2011