Malam, mengapa tak kunjung nampak,
Maaf karena semalam.
Malam, akankah kau hadir selepas petang?
Lepas dendam semalam.
“dia tak bisa hadir!” hatiku membentak.
“mengapa malam tak bisa?”
“si jago merah kembali lagi!” ia tegas
Tibalah malam ke haribaanku,
Singgahlah sejenak wahai mahapekat,
Bersemayam para angin bersamamu.
Masanya tak tepat wahai mahajago,
Penghambat kehadiran malam.
Firdaus sunyi senyap,
Bercampur si jago dan tangis.
Dari lembah sunyi, ladang manusia.
Bawa malam padaku, “tak bisa, wahai peziarah malam” jawabnya berlalu.
(Soroako, Agustus 2008)
Aku hampa dalam suara, aku hidup dalam goresan tinta, dalam kebisuan kertas putih ku serukan suara hati...
Wednesday, October 21, 2009
TUHAN, AKU PELACUR!
Selangkangan perih,
Sudah resiko pemula,
Ku malu aib,
Konsekuensi profesi,
Semalam angsur jutawan,
Kembang malam laku keras!
(Soroako, Agustus 2008)
Sudah resiko pemula,
Ku malu aib,
Konsekuensi profesi,
Semalam angsur jutawan,
Kembang malam laku keras!
(Soroako, Agustus 2008)
UndanganMu
Sabtu siang, ramah mentari
Roti bakar, susu cokelat.
Humm..nikmat tenan.
Tepat pukul enam, waktu maghrib.
Setelah ku tunai kewajibanku,
Habis sudah persiapan waktu dan diriku,
Jemput aku di tangga ini.
Aku belum menerimanya,
Kartu undangan hijau muda
Maupun hitam legampinggiran emas.
Namun, kuyakin sekaranglah undanganMu kan datang.
Kucium kening ibu bapak, kakak dan adik tercinta
Mohon maaf pelbagai khilaf
Hutang piutang, terlunas ikhlas.
Jemput aku di tangga ini,
“srettttt..plakkkk..tuppllaaaaakkk..plaaaaakkk!!!”
(Soroako, Agustus 2008)
Roti bakar, susu cokelat.
Humm..nikmat tenan.
Tepat pukul enam, waktu maghrib.
Setelah ku tunai kewajibanku,
Habis sudah persiapan waktu dan diriku,
Jemput aku di tangga ini.
Aku belum menerimanya,
Kartu undangan hijau muda
Maupun hitam legampinggiran emas.
Namun, kuyakin sekaranglah undanganMu kan datang.
Kucium kening ibu bapak, kakak dan adik tercinta
Mohon maaf pelbagai khilaf
Hutang piutang, terlunas ikhlas.
Jemput aku di tangga ini,
“srettttt..plakkkk..tuppllaaaaakkk..plaaaaakkk!!!”
(Soroako, Agustus 2008)
KAIN
Embun pagi menyeruak permukaan daun,
Sebening kasih yang Ia tumpah.
Wajahku tak sebenig kasih-Nya dan embun-Nya.
Kau masih tertidur pulas.
Di kasur empuk katanya mahal,
Baju tidur merk ternama,
Kau pamer tanpa sengaja,
Padaku serta orang-orang.
“biarlah ku berbalut kain lusuh”
Hatiku bergumam pada-Nya
Suatu siang di tengah terik-Nya,
Daun pintu meronta-ronta
“bukalah aku tuan rumah..ada tamu!”
Langkahmu terasa berat, kain sutramu.
Kau tanggalkan nylon, dan katun kau singkirkan.
“lekas bayar hutang-hutangmu!”
Juragan kain memaksamu.
“berilah waktu beberapa bulan lagi,
Ku tak punya lagi harta penebus kainmu”
“bila punya kain sutra lunasi borok dengan barang itu!”
Kau menipunya agar kain bersamamu.
Pembual selera tinggi.
(Soroako, Agustus 2008)
Sebening kasih yang Ia tumpah.
Wajahku tak sebenig kasih-Nya dan embun-Nya.
Kau masih tertidur pulas.
Di kasur empuk katanya mahal,
Baju tidur merk ternama,
Kau pamer tanpa sengaja,
Padaku serta orang-orang.
“biarlah ku berbalut kain lusuh”
Hatiku bergumam pada-Nya
Suatu siang di tengah terik-Nya,
Daun pintu meronta-ronta
“bukalah aku tuan rumah..ada tamu!”
Langkahmu terasa berat, kain sutramu.
Kau tanggalkan nylon, dan katun kau singkirkan.
“lekas bayar hutang-hutangmu!”
Juragan kain memaksamu.
“berilah waktu beberapa bulan lagi,
Ku tak punya lagi harta penebus kainmu”
“bila punya kain sutra lunasi borok dengan barang itu!”
Kau menipunya agar kain bersamamu.
Pembual selera tinggi.
(Soroako, Agustus 2008)
Tuesday, October 6, 2009
SATU
Satu angka yg pertama bukanlah nol
Satu peringkat teratas menjadi rebutan yg menghasilkan persaingan
Satu ketunggalan dalam keluarga yg menciptakan kerinduan
Satu orang yg bermasyarakat pd hakikatnya adalah sendiri
Satu aku hirup udara dunia keluar lewat rahim ibu hanya sendiri
Satu saat ini aku hanya sendiri sekalipun teman-teman di sekitarku, orang tua, tetangga, tapi aku masih sendiri, satu-satunya di dunia dalam diriku.
Malang, 18 juli '09 @ 19:54
Satu peringkat teratas menjadi rebutan yg menghasilkan persaingan
Satu ketunggalan dalam keluarga yg menciptakan kerinduan
Satu orang yg bermasyarakat pd hakikatnya adalah sendiri
Satu aku hirup udara dunia keluar lewat rahim ibu hanya sendiri
Satu saat ini aku hanya sendiri sekalipun teman-teman di sekitarku, orang tua, tetangga, tapi aku masih sendiri, satu-satunya di dunia dalam diriku.
Malang, 18 juli '09 @ 19:54
When u was born,
you cried for happyness to live.
When u was child, you cried for something that you saw it like toys.
When you was kid, you cried for anything that you even don't know if its might be to cry for.
When you was teenager, you cried for so much things such as teens-love, parents rule, friends, school, your self, anything!
When you will be adult, what will you cry for?
MALANG, 29 JULI '09
you cried for happyness to live.
When u was child, you cried for something that you saw it like toys.
When you was kid, you cried for anything that you even don't know if its might be to cry for.
When you was teenager, you cried for so much things such as teens-love, parents rule, friends, school, your self, anything!
When you will be adult, what will you cry for?
MALANG, 29 JULI '09
TEBING
Ketika aku mencoba tuk berdiri kembali,
di tengah krisis jiwa yg tlah lama mengakar,
ketika aku mencoba tuk merasa bebas tertawa kembali,
di tengah kecanggungan yg melanda wajah muda,
ketika aku merangkak,
memanjati tiap-tiap tebing kepercayaan terhadap diri sendiri yg hampir pudar,
aku dikalahkn oleh suara reruntuhan kerikil suara mereka,
kerikil itu datang sdikit demi sedikit,
walau kecil, tapi perih di kalbu dan relung hatiku remuk!
(malang, 5 sept '09)
Subscribe to:
Posts (Atom)