Sunday, June 6, 2010

Pembelaan

Topeng-topeng itu kini menanti dengan amarah yang berkecamuk di dalam dada-dada panas mereka. Dia hanya bisa terdiam ditusuk belati ucapan fitnah dan perempuan-perempuan yang membenci dirinya, sungguh dia tidak mengerti mengapa mesti dirinya yang harus menanggung semua.

Dalam hati dia bergumam “mengapa hujatan dan cacian yang terlontar dari mulut-mulut kotor kalian wahai pezinah lagi munafik?”. Dia marah dan berontak namun tak terlampiaskan sehingga hanya cucuran keringat yang membasahi pakaiannya yang telah kusam akibat keseringan dicuci. Sesekali ia menengadah ke atas, ke balkon dan menoleh ke kiri dan ke kanan yang nampak olehnya hanyalah tatapan bengis dari para lelaki yang mencela dan menghujat seolah-olah akan menerkam dirinya hidup-hidup tanpa ampun.

Sampai matahari sudah setinggi ini pun, sampai kerongkongannya kering akibat panas pun mereka tak henti-hentinya berteriak dan menyoraki dia dengan umpatan-umpatan kotor yang pernah ada. Batinnya terkoyak, telinganya hampir pecah, dadanya sesak oleh suara-suara kotor itu, tak ada yang bisa menolongnya semua teman-teman wanitanya juga ketakutan dan teman-teman lelakinya yang selama ini selalu menjaganya akhirnya lepas tangan karena sangat pengecut untuk membelanya di depan para lelaki yang menghujatanya.

Dia mengepalkan tangannya karena menahan amarah, dia mengatupkan kedua bibirnya mencoba untuk bersabar, dan membusungkan dadanya mencoba untuk malapangkan jiwa yang kini porak poranda. Dia adalah wanita yang selalu dicela karena penampilannya, dia wanita yang selalu dicemooh karena cara dia berlaku dan dia wanita yang selalu disindir karena pergaulannya terhadap lawan jenis, dan dia adalah wanita yang belum mendapat pujian dan penghormatan atas kepercayaan dirinya untuk tetap menjadi seorang perawan ditengah-tengah nafas seks dan godaan huru hara darah muda.

Lalu kenapa hanya dia yang terhakimi dengan jelas? Dan kenapa hanya dia yang begitu sering diperhatikan oleh orang-orang di sekitarnya? Apakah hanya dia gadis di kota ini yang suka berpakaian minim, apakah hanya dia gadis di kota ini yang sering berbicara kotor bila sedang emosi, apakah hanya dia gadis di kota ini yang suka untuk tetap menjadi dirinya sendiri sekali pun orang lain sering melempar kritik yang tak penting untuk dirinya? Sungguh pertanyaan-pertanyaan itu sampai hari ini tak ditemukan jawabannya apalagi bukti nyata bahwa dia memang adalah pelacur atau perempuan kotor seperti yang selama ini orang-orang pikirkan.

Di pengadilan yang dia sebut sebagai pengadilan buta ini dia masih mengharapkan keajaiban dari Tuhannya, Tuhan yang selalu dia sembah sehari lima kali dalam waktu-waktu yang telah ditetapkan, Tuhan yang selalu di pujinya ketika fajar menyingsing dan ketika senja. Walaupun ketika mukena dan sajadahnya ia lepaskan dan kembali pada atributnya, celana pendek dan baju kaos terkadang rok mini. Dia tak pernah dijamah oleh satu lelaki pun dalam hidupnya, dia tak pernah merasakan apa yang dinamakan surge dunia antara perempuan dan laki-laki, dia jugatak pernah ditiduri oleh satu orang pun di dunia ini apalagi sampai melacur di pinggiran kota, dia memang suka berpakaian minim bukan berarti bisa disentuh seperti apa yang mereka kira.

Untuk apa berpakaian tertutup kalau akan dibuka bila telah berada di ruang tertutup dengan sang pacar? Buat apa memakai rok lebar supaya bentuk tubuh tidak terbentuk dengan jelas kalau nantinya akan dibuka ketika keramaian telah berakhir? Lalu kenapa harus menutupi kepala sampai ke dada kalau hanya untuk menutupi bekas hisapan-hisapan lelaki-lelaki nakal semalam? Mengapa orang-orang ini tidak pernah berpikiran ke arah sana, mana mereka yang katanya masuk dalam golongan anak gaul, modern dan mengikuti arus globalisasi.
Seharusnya mereka lebih bisa berempati pada setiap individu-individu yang diberi label yang kurang jelas, mereka juga bisa memberikan penjelasan yang logis dan mengarah pada contoh yang realistis pada orang-orang yang pikirannya sempit lagi kolot.

Kali ini dia harus bersuara. Dia harus mengeluarkan unek-unek yang selama ini dia pendam dalam hatinya, dia harus mengeluarkan bukti yang selama ini dia simpan untuk menjaga kehormatan wanita-wanita yang dia kenal selama hidupnya. “aku tidak boleh menjadi orang yang baik sekarang! Aku tidak lagi akan menjaga rahasia yang telah diceritakan kepadaku sebagai aib mereka! Tidak lagi! Dan tidak akan pernah!” itu yang diucapakannya dalam hatinya yang telah hancur porak poranda seperti bangunan yang dihancurkan oleh badai Katrina.

“dengarkan aku wahai orang-orang suci namun sebenarnya munafik (dalam hati dia menambahkan). Lihat aku dengan mata kalian yang sinarnya paling terang tapi sebenarnya kalian buta. Kalian berhak menghujat dan melontarkan apa pun yang kalian ingin katakan kepadaku, dan sekarang adalah saatnya untukku berbicara..”
Dia menarik nafasnya pelan-pelan dan mulai mengangkat kepalanya ke atas balkon di mana semua mata tertuju padanya, dipegangnnya mikrofon dengan erat dan keyakinan yang besar.

“apakah kalian memiliki saudara perempuan, anak gadis, kekasih dan istri wahai para lelaki? Apakah kalian melihat saudara kalian itu sebagai perempuan-perempuan yang terhormat, gadis perawan yang manis, dan istri-istri yang solehah tanpa dosa sedikit pun? Atau kekasih kalian yang bisa kalian jamin sampai hari ini masih menjaga kehormatannya untuk kalian menikah nanti? Dan apakah kalian para perempuan di atas sana, memiliki saudara laki-laki, putera, kekasih dan suami yang kalian banggakan dan kalian jadikan imam dalam rumah tangga? Pernahkah kalian berpikir bahwa mereka adalah saudara kalian yang akan ikut menjaga kehormatan kalian di luar rumah dan akan mengelus kepalamu ketika tiba di rumah? Lalu apakah putera-putera kalian itu adalah anak-anak yang bisa menjaga kehormatan kalian di hadapan orang lain, kekasih kalian yang menjaga dirimu dari sentuhan lelaki lain tanpa harus mengumbar kata-kata manis, kekasih yang tidak akan menyentuh bagian terpenting dari harga dirimu? Dan suami-suami kalian yang tetap setia pada kalian walaupun payudara telah kendor dan pantat kalian telah penyok, yang bisa menahan diri bila berada jauh dari kalian? Lalu kenapa harus aku, kenapa cuma aku yang kalian anggap hina?”

Orang-orang yang tadinya berteriak, berwajah merah karena amarah kini berubah layaknya orang bisu, muka mereka merah karena malu dan satu per satu terduduk di kursi masing-masing.
“kenapa kalian terdiam seperti orang bisu? Mana suara lantang yang tadi berteriak dengan kata-kata umpatan dan kata-kata kotor padaku? Aku tak akan melawan, aku hanya seorang diri di hadapan kalian. Yang aku miliki sekarang hanyalah iman dan Tuhanku, teman-temanku tidak berada di sampingku untuk membelaku. Yang aku butuhkan hanyalah jawaban dari kalian!”
“kalau kalian beranggapan bahwa aku telah dijamah oleh berbagai tangan-tangan lelaki, tolong angkat tangan bagi para lelaki di kota ini yang pernah mendaratkan tangannya di atas tubuhku! Kalau kalian beranggapan bahwa aku sudah tidak perawan, tolong lihat kemaluanku bila memang urat malu itu sudah hilang ditebas penis laki-laki yang merasa pernah tidur dengan diriku! Kalau ini kalau itu yang kalian pikirkan, sekali lagi tolong datang padaku dan pastikan sendiri..” dia sudah kehabisan kata-kata, hanya air mata yang berlinang di pipinya sebagai penutup dan penegas bahwa dia tak seperti apa yang mereka pikirkan selama ini.

Kemudian dia terduduk sambil mengucapakan kalimat Alhamdulillah terus dan terus diulangi sampai dia benar-benar lelah. Dan orang-orang suci namun munafik yang berada di atas balkon tadi satu per satu pergi meninggalkan balkon persidangan buta, orang-orang terhormat namun biadab juga melakukan hal yang sama. Dan dia hanya menangis karena terharu atas keberanian untuk membela dirinya seorang diri tanpa bantuan nyata kecuali dari Tuhannya.


Malang, 06 April 2010 at 11:11 pm

2 comments:

Unknown said...

waow, sungguh mendalam cerita neh man..

THIS IS WHAT HAPPENING NOWADAYS !!

I gotta tell ya, neh cocok ku jadikan inspirasi buat lagu2ku di masa depan

thanks astii !! Keep It Up , your the truth !!

speakofthedevil said...

keren, mendalam, dan penuh dengan penyesalan. ini kamu tulis sendiri ti? hehe...