Sunday, June 6, 2010

Pengorbanan

Aku tak pernah merasakan kebahagiaan seperti ini. Ketika cintaku disambut oleh lelaki yang telah aku puja melebihi obsesiku untuk memiliki seorang pacar bule. Malam ini di atas peraduan yang dipenuhi oleh mawar hitam yang udaranya dipenuhi oleh aroma lavender menambah romantis malam-malam pertama kami sebagai sepasang kekasih dan bukan sebagai sepasang suami-istri.
Aku tak pernah merasakan kesenangan yang sangat berarti seperti malam ini yang memiliki arti penting bagiku. Ketika hasratku disambut baik oleh lelaki yang telah aku dambakan melebihi sebuah kamera SLR yang selama ini aku inginkan. Malam ini di dalam kamar bungalow yang dipenuhi cahaya temaram lampu-lampu temaram dan dihiasi kelambu-kelambu tipis menambah sensual suasana malam-malam pertama kami sebagai sepasang remaja yang setahun lagi akan menjadi sepasang dewasa dan bukan sepasang suami-istri.

Aku tak ingin mengingat lagi bagaimana caraku untuk mendapatkan cinta lelaki ini, dan tak ingin mengingat lagi selama apa aku menunggu untuk dia menyadari bahwa diriku telah lama mencintai dia walaupun hanya dari kejauhan. Yang mau aku tahu hanyalah, dia tak henti-hentinya mengucapkan kata cintanya padaku, betapa dia juga telah lama memendam rasa cintanya padaku tapi malu untuk mengungkapkannya. Yang mau aku tahu malam ini hanyalah, dia tak henti-hentinya memeluk tubuhku sambil membisikkan kata-kata cinta yang sebenarnya berbau gombal tapi aku terima karena itu keluar begitu saja dari mulutnya, dari bibir yang selalu dikatupkannya bila dia tersenyum tersipu malu, dan yang paling mau aku tahu malam ini adalah kalau cintanya tulus padaku dan tak ingin aku pergi jauh darinya.
Kedua tangannya masih memeluk erat tubuhku, nafasnya terasa hangat di telingaku, detak jantungnya saling memburu di punggungku, dan dadanya begitu bidang hingga aku bisa tenggelam dalam pelukannya malam ini. Aku tak ingin malam ini cepat berakhir, aku tak ingin sang fajar datang menjemput malam dengan iringan kokokan ayam jantan, dan aku tak ingin melihat sunrise, aku tak ingin melihat langit biru, dan merasakan udara pagi. Yang aku inginkan hanya langit malam hitam pekat dengan adanya taburan bintang atau tidak bukan itu yang penting, yang aku inginkan hanya merasakan semilir angin malam yang menyusup lewat jendela-jendela kamar menerbangkan gorden, yang aku inginkan hanyalah rembulan yang berada di langit sana dan takkan tergantikan dengan matahari, dan aku hanya ingin mendengarkan suara burung hantu.

Sekarang aku tidak kedinginan, aku memiliki dia yang tetap memelukku. Aku tidak takut, aku berada di dekatnya sekarang. Dan aku tidak kesepian dan kelabu, aku tetap mendengar suaranya tepat di telingaku yang tetap membisikkan kalimat-kalimat cinta. Jika saja Tuhan selalu memberikan kesempatan seperti ini padaku, kepada kami berdua tentu aku akan seperti gadis yang tak pernah kekurangan warna hidup seperti yang pernah dikatakan seorang teman padaku, jika saja Tuhan menghendaki kami berdua bisa seperti ini tak terpisah ruang dan waktu mungkin aku akan seperti gadis yang tak pernah merasakan kesepian dan kesedihan seperti yang selama ini aku rasakan.

Mengapa kesempatan seperti ini jarang sekali aku dapatkan seumur hidupku bahkan memang tidak pernah aku rasakan. Apakah karena aku yang tak sanggup untuk melakukannya atau karena latar belakang agama yang melarang perempuan dan laki-laki saling bersentuhan sebelum mereka menikah atau karena bukan muhrim?
Lalu kapan lagi aku akan merasakan hal seperti yang terjadi malam ini? Apakah besok atau lusa? Atau tidak akan sama sekali? Aku tak ingin malam ini berakhir, aku tak akan terlelap, aku akan melawan rasa kantuk kalau-kalau dia akan datang saat ini menyapa kami berdua, aku tak akan lelah dalam posisi seperti ini, aku tak akan dikalahkan oleh waktu yang terus berjalan, aku akan tetap berada pada posisi seperti ini. Dia memeluk diriku erat dari belakang sedang aku duduk di depannya, dan kepalanya berada disamping kepalaku. Aku akan bertahan karena aku sayang padanya melebihi apa yang akan kuterima sebagai dosa karena telah bersentuhan dengan laki-laki yang bukan muhrimku. Aku cinta padanya melebihi apa yang aku tinggalkan saat ini, shalat malamku yang telah aku tinggalkan demi harus tetap berada di dekatnya. Mungkin aku telah terperdaya oleh hasutan iblis untuk lebih memilih dia dibanding Tuhanku yang cintanya padaku tak bisa diragukan lagi oleh siapa pun.

Maafkan aku Tuhan, maafkan diriku atas apa yang terjadi malam ini. Jangan pertemukan kami berdua untuk kesekian kalinya di dalam nerakaMu yang jahannam luar biasa, jangan pertemukan kami dalam keadaan yang hina dina di pengadilanMu nanti, tapi pertemukan kami kembali di kehidupan yang selanjutnya bila itu memang ada dalam keadaan yang baik sebaik apa yang telah Engkau berikan, dan pertemukan kami kembali di dalam surgaMu yang di dalamnya mengalir sungai-sungai bening nan suci.
Lalu kemudian kusadari kalau itu semua hanyalah khayalan semata karena pada kenyataannya sekarang diriku sedang tidak bersamanya, diriku tidak bisa meraih cintanya dan sampai hari ini, detik ini dan sampai khayalanku tadi berakhir aku masih belum mendapatkan cintanya. Dan mungkin aku hanya bisa terus berkhayal tentang dirinya tanpa harus merasakan apa yang nyata darinya.



Malang, 4 Mei 2010 at 10 : 28 pm

No comments: