Saturday, April 14, 2012

Kenangan I


Djogjakarta, 29th January 2011

The power of my mind has been weak ‘till this time. I don’t have any faith as strong as possible I have. And the power of positive thingking is more weak than my negative thingking.
Jadi, apakah salah kalau selama tiga tahun terakhir ini aku berubah dari segi pemikiran dan keyakinan yang ternyata telah mempengaruhi kepribadian dan sifatku? Aku tidak menyalahkan masa lalu, masa sekarang, atau takut akan masa depan. Hanya saja, aku menyalahkan diriku yang masih terikat dengan masa lalu, keluarga, cinta, persahabatan, teman-teman dan memori yang masih tertinggal jauh di dasar hati dan otakku.
Aku pernah mengatakan hal ini kepada seorang sahabat,
Jangan pernah kau melupakan masa lalumu karena sesungguhnya masa lalu mempengaruhi hari ini dan hari esok.
Bila saja kau tetap ingin mengingat kenangan itu maka simpan itu di hatimu tapi kalau kau ingin melupakannya cukup kau simpan kenangan itu di kepalamu.
Lalu sahabatku itu menjawab, “aku ingin tetap menyimpan itu di hatiku.” Bisa saja dia ingin tetap mengenang kenangan itu namun bisa saja dia hanya ingin terlihat bijaksana di depanku. Di hadapan perempuan. Who knows?

**

Bila berbicara tentang kenangan, maka banyak asumsi yang akan lahir dari setiap pemikiran-pemikiran manusia. Ada yang menganggap kenangan itu adalah bukti kalau kita pernah hidup, benar-benar merasakan hidup. Ada yang bilang bahwa kenangan itu adalah sesuatu yang sifatnya abadi maupun sementara. Dan bla bla bla bla. Bagaimana menurutku? Menurutku, kenangan itu adalah sebuah peninggalan layaknya prasasti yang terukir di dalam hati dan di bayangan mata kita walaupun sifatnya tidak nyata. Seperti teori fenomena dan nomena dalam epistemology kiri. Most of the people believe that phenomena is real but in fact the nomena is the most real than phenomena. Fenomena hanyalah apa yang terlihat di depan mata sementra nomena apa yang ada di balik fenomena itu sendiri, dan itulah yang sebenarnya nyata dalam hidup ini. Jadi, bila aku mengatakan kenangan itu adalah bayangan yang tersirat di depan mataku berarti sebenarnya itu tidak nyata karena yang nyata adalah apa yang sebenarnya aku telah alami bersama orang-orang yang pernah ada di bayanganku.
Sungguh rumit memang bila menyertakan teori-teori filsafat, ilmu politik, dan berbagai ilmu lainnya ke dalam kehidupan nyata. Karena pelakasanaan dari teori-teori tersebut sungguh sangat sulit untuk dilakukan. Begitu juga dengan motivasi dan inspirasi yang diberikan oleh Romy Rafaell malam ini. Sampai detik aku melanjutkan tulisanku ini aku masih belum bisa menghadirkan bahkan menciptakan sendiri pikiran-pikiran positif di dalam benak dan otakku.

No comments: