Saturday, March 31, 2012

Membela Tuhan

Mengapa harus ku bela Tuhanku yang sampai hari ini tidak jua menampakkan dirinya dihadapanku? Apakah Dia pernah berpikir untuk membela diriku dihadapan orang-orang yang telah merendahkan diriku dengan fitnah kotor yang mengalir dari mulut-mulut mereka yang hina? Aku tidak yakin kalau Dia telah melakukan hal itu. Mengapa harus ku bela Tuhanku yang tak pernah berbicara kepadaku? Sampai hari ini pun ketika aku masih kuat berdiri sendiri di tengah-tengah caci maki manusia-manusia kotor yang merasa paling suci dibandingkan diriku, sekali pun tak pernah aku dengar kalimat-kalimat pembelaan untuk diriku dari mulut-Nya.

Lalu apakah aku harus membela-Nya? Aku mengorbankan jiwa raga, harta benda, juga keluarga yang menyayangi aku hanya untuk Dia? Haruskah aku membela seorang Dia yang tak pernah Nampak di hadapanku telah membela aku dan keluargaku ketika kehinaan menghampiri kami? Ketika manusia-manusia congkak menari di atas lantai marmer berpesta pora dengan air-air bening membasahi tenggorokan mereka, Tuhanku hanya melihat dari kejauhan, dari atas singgasana-Nya, mungkin sambil tersenyum memaklumi tingkah makhluk ciptaan-Nya, atau mungkin saja miris melihat kenyataan bahwa makhluk ciptaan-Nya yang diciptakan dengan kasih sayang ternyata telah benar-benar melakukan kerusakan di muka bumi. Haruskah aku membela Tuhanku, yang juga adalah Tuhan mereka? Tuhan yang aku sembah, tempatku bersujud dan berdoa. Tempatku meminta dan tempatku kembali nantinya.

Namun apakah Tuhanku itu mendengar rintihan hatiku ketika aku benar-benar terluka dan tidak sanggup untuk menghadapi hidup yang telah diberikan-Nya padaku? Apakah Dia tahu kalau hidup yang telah diberikan-Nya benar-benar berat dan sulit untuk aku tanggung sendiri? Hanya kalimat ini yang bias meringankan beban hatiku, “jangan melihat ke atas, melihatlah ke bawah. Syukuri apa yang kamu miliki sekarang, kurang lebihnya itu adalah rejeki. Masih banyak orang-orang yang lebih kekurangan dibandingkan dirimu.” Apakah Tuhanku tahu kalau aku tidak ingin membela-Nya? Apakah Tuhanku tahu kalau aku lebih memilih diam menahan amarah ketika orang-orang kafir mengolok-olok Tuhanku? Bagaimana aku harus mengatakan pada Tuhanku kalau sebenarnya aku ingin membela diri-Nya bahkan sangat ingin aku membela diri-Nya kemarin, hari ini sampai hari esok di mana aku akan menghadapi hidup terakhirku.

Tapi di sisi lain, apakah Tuhanku akan memaklumi ketakutanku untuk membela-Nya? Apakah Dia akan memaklumi kekhawatiranku bila aku membela-Nya? Bukankah Dia Maha Tahu apa yang ada di dalam hati setiap hamba-Nya? Lalu apa kira-kira yang harus aku lakukan untuk menghindari aksi membela Tuhan?

No comments: