Saturday, March 31, 2012

Tentang Seorang Perempuan I

Akan aku ceritakan kepadamu tentang seorang perempuan yang kau kira dia seperti perempuan yang lainnya. Aku pun juga sempat berpikir seperti itu ketika pertama kali mengenal dirinya. Perempuan yang aku kira murah seperti perempuan yang aku temui selama ini, dia perempuan yang aku kira bodoh seperti perempuan yang pernah aku cumbui sebelumnya, dan dia perempuan yang aku kira lemah ketika mengeluarkan air mata di saat keterpurukan menghampirinya. Ternyata aku salah, aku salah besar temanku! Sebelumnya, aku menganut paham bahwa aku adalah laki-laki yang punya satu nafsu dan sudah menjadi hak saya untuk memanfaatkannya. Tapi ketika bersama deng`n dirinya nafsuku seakan-akan tidak berfungsi, bukan maksudku tiba-tiba aku impoten atau lemah syahwat tapi aku merasa kalau perempuan ini memiliki daya tarik tersendiri sampai-sampai aku tidak tega bermain nafsu dengan dirinya apalagi sampai bermain hati. Entah ada apa dengan dirinya, sungguh aku tak bisa menggambarkan bagaimana sosoknya secara nyata di seolah-olah abstrak, yang aku tahu dia adalah perempuan yang berbeda.

**

Suatu hari ketika aku sedang bersantai bersama beberapa teman dan perempuan ini melintas begitu saja tepat di samping meja di mana kami selalu menghabiskan waktu setelah jam kuliah selesai. Tempat nongkrong kami ini memenag selalu ramai mulai dari pagi sampai sore hari bahkan ketika waktu maghrib menjelang selalu dipadati dengan mahasiswa-mahasiswa yang sedang tidak kuliah. Mataku langsung melirik ke arah perempuan yang memakai kemeja polos berwarna cokelat dengan dua kancing yang dibiarkannya terbuka dan rambut ikalnya yang menjuntai seperti spiral tampak alami tanpa sentuhan alat. Kulitnya yang berwarna kuning langsat namun agak kecokelatan seperti telah kena terpaan sinar matahari berjam-jam, cara jalannya yang cepat untuk ukuran seorang gadis, dan pandangan matanya tajam seolah menyelidik apa yang sedang ia lihat di hadapannya. Tak sekali pun dia melirik ke arah kanan kirinya sesekali melihat siapa saja yang mungkin enak dipandangi sembari menyusuri jalan di kantin super panjang di kampus ini. Dari kejauhan sampai dia melewati meja di mana aku duduk mataku terus memandangi dirinya sambil sesekali melempar pandangan kea rah temanku agar tidakketahuan aku memeperhatikan dirinya. apa yang kira-kira membuat diriku begitu penasaran dengan perempuan ini sampai aku terus memandangi dirinya padahal dia tidaklah cantik untuk ukuran perempuan cantik pada umumnya, sungguh. Tapi dia punya sesuatu, sesuatu yang tidak dimiliki oleh perempuan mana pun yang pernah aku ajak kencan, aku tiduri dan hal itu sifatnya abstrak. Hari itu adalah pertama kali aku bertemu dengan sosok perempuan seperti dia walaupun aku tak tahu siapa dirinya, siapa namanya bahkan dia angkatan keberapa di kampus ini pun aku tak tahu sama sekali. Bukannya aku tak punya usaha untuk mendekati dia seperti yang sering aku lakukan tapi aku sendiri bingung kira-kira mulai dari mana aku harus memulai usaha untuk mendekati perempuan yang satu ini. Aku harus berusaha sendiri untuk merpati yang satu ini, tanpa sepengetahuan teman-temanku dan tanpa bantuan informasi dari mereka. Sungguh aku sangat penasaran dengan makhluk cantik yang sebenarnya bersembunyi di balik topeng gadis yang sama sekali tidak cantik.
Tiga bulan kemudian..
Sekarang aku adalah mahasiswa semester enam di kampus bergengsi di mana banyak mahasiswa ingin menjadi bagian dari nama tenar institusi yang telah melahirkan banyak bibit unggul di negeri ini. Seperti biasa aku dan beberapa teman menghabiskan di kantin super panjang ini sambil menghisap beberapa batang rokok dan melirik-lirik mahasiswi yang penampilannya tak layak ngampus tapi layak nge-mall. Tiba-tiba pandanganku beralih pada satu meja tepat di barisan tengah yang tidak terlalu jauh dari arah mejaku, di sana ada kumpulan gadis-gadis sedang tertawa dan salah satu gadis begitu lincah dan suaranya paling besar diantara yang lainnya, logatnya bukan seperti orang Jawa mungkin saja dia orang Jakarta, bisa saja Bandung dan sekitarnya. Aku tahu kalau perempuan yang bersuara banter dan rambutnya dijumput ke atas serta beberapa helai rambutnya yang berjatuhan di sisi kiri kanan kepalanya adalah perempuan yang pernah aku perhatikan di kantin ini. Kali ini gaya berpakaiannya berbeda, tak seformal dulu ketika dia masih memakai kemeja cokelatnya. Kali ini dia memakai jeans berwarna hitam dengan kaos berwarna cokelat tua, lengannya dilipat dan sepertinya dia menggunting leher kaosnya itu. Sepertinya perempuan itu berkarakter tomboy. “Jack! Bisa gag sih kamu diem bentar aja? Aku lagi serius ini pengen ngomong. Ha..ha..ha..” seorang gadis yang duduk dihadapan perempuan berkaos cokelat tadi meneruskan tawanya setelah teguran kepada temannya yang bernama Jack. Tapi siapa sebenarnya Jack? perempuan tadi bersama teman-temannya beranjak dari kursi di mana mereka duduk, aku yakin mereka akan melintas di samping mejaku karena ini adalah salah satu jalan terdekat menuju pintu keluar. “Jack, ke perpus yok.. aku mau minjem referensi buku nih. Temenin aku po’o..” gadis bertubuh gemuk itu merengek sambil menarik-narik tas ransel perempuan berkaos cokelat. Berarti namanya adalah Jack. Tapi dia adalah perempuan, bukan laki-laki kenapa namanya harus Jack? mungkin itu hanya nama panggilan tapi kenapa harus Jack?

**

Di Lantai 6..

Beberapa temanku sesekali mencibir seorang gadis yang memakai polo-shirt berwarna merah maroon di depan ruangan 612, katanya gadis itu pasti adalah seorang perempuan murah, anak dugem, bahkan ada yang mengatakan kalau gadis itu sudah tak perawan lagi. Cibiran-cibiran seperti ini memang sudah sering aku dengarkan dari banyak laki-laki bahkan tak jarang aku pun ikut mencibir gadis-gadis yang penampilannya seronok tak karu-karuan yang tak memiliki nilai eksotisme atau nilai seni sama sekali. Aku melirik jam tanganku yang sudah menunjukkan pukul setengah satu siang dan aku bergegas memasuki ruang kelas 611. Lagi lagi aku bertemu dengan sosok perempuan yang telah membuat aku penasaran setengah mati, kali ini dia memakai polo-shirt merah maroon dan ternyata dia yang dicibir dari tadi oleh teman-teman sekelasku. Kenapa perempuan misterius ini mendapat predikat jelek dari teman-teman sementara aku sendiri belum tahu kalau benarkah dia itu perek atau anak dufem. “ternyata si Jack. kenapa harus Jack yang dicibir perek?” aku bertanya dalam hati.

Jogjakarta, 22 Januari 2011


No comments: