Mungkin saja saat itu kau
berpikir saat itu aku adalah pelampiasan satu-satunya yang bisa kau
dapatkan di saat kesepian dan kekosongan batin sedang bersamamu
selama beberapa tahun terakhir ini, sebenarnya pikiranmu salah.
Mungkin saja saat itu aku terkesan seperti perempuan bodoh karena
kepolosan dan keluguan seperti yang pernah kau katakan.
Dan, hei! Sebenarnya aku
tidak memposisikan diriku sebagai perempuan pelampiasanmu bahkan
merasa kalau diriku ini terlalu bodoh sampai harus merelakan diriku
direbahkan bersamamu, sama sekali tidak. Yang aku tidak tahu adalah
alasannya. Mengapa harus kamu yang menjadi orang pertama? Sementara
jauh di sana ada laki-laki yang pernah aku harapkan bisa menjadi yang
pertama untukku walaupun tidak bisa menjadi yang terakhir untukku! I
don’t even expect that I would falling down in front of you, beside
you so close and falling so deep!
Jika saja menurutmu
kejadian itu hanya sebuah intermezzo dalam hubungan pertemanan di
mana aku dan kamu sedang sendiri dan berasal dari background
percintaan yang hamper sama, sebenarnya kamu salah. Karena sebuah
intermezzo kehidupan tidaklah akan abadi di dalam memori dan hati
seseorang, tapi saat itu adalah momen yang paling aku kenang sampai
hari ini. I can’t forget about that night! I can’t erase it out
of my mind, and I can’t stop to touch every part of my body when I
remembering you by my side.
Hal yang masih menjadi
teka-teki dan misteri buatku sampai hari ini adalah bagaimana bisa
seseorang seperti dirimu bisa membuat aku lunak? Bisa membuat aku
luluh? Dan bisa meraih diriku sampai jarak sedekat itu hanya dengan
sekali raihan tangan? Lalu kenapa laki-laki yang aku harapkan dulu
tidak bisa melakukannya? Apa karena dulu terlalu banyak ketakutan
dalam diriku sehingga aku mengharamkan setiap inci dari tubuhku ini
disentuh olehnya? Atau karena dulunya aku amsih terlalu polos dan
lugu sampai aku tak tahu apa tujuan dari sebuah hubungan yang aku
kenal dengan istilah pacaran?
Aku tak pernah
membayangkan akan bertemu dengan laki-laki seperti dirimu secepat
ini, yang aku kira akan aku temui setelah aku menghadapi fase di mana
aku telah menjadi wanita seutuhnya dan bukan seorang gadis belasan
tahun lagi. Tahukah kau bahwa kau telah mengacaukan pikiranku saat
ini? Mengobrak abrik harta karun yang aku simpan jauh di dasar
hatiku? Mengasah kesabaran dan mentalku? How could you do that to me?
Im not your whore, I don’t even wanna be your one night only love
for a couple hours you need to stay close with me. Im a virgin of a
real love. And I even never been in touched by a guy. And now you are
the first who touched my body, half of my body exactly.
Maybe there is no any kind
boy so you are the first who could do that at me? It ain’t about I
don’t like you more than a friend but I can’t believe that was
you who can make me feel like this! Damn you boy! I hate you at this
moment and maybe tomorrow I will.
Aku masih diliputi begitu
banyak tanda Tanya yang bermain di atas kepalaku, begitu banyak
pertanyaan dalam benakku sekarang. Its all about you and me, its all
about us! You have to know about that, but how? I don’t even brave
enough to tell you these directly. Dan aku juga belum bisa menanyakan
semua hal yang menjadi tanda tanya kepadamu, I need a right time to
talk with ya. Tapi kapan waktu yang tdpat itu datang, haruskah aku
yang mencarinya, menrencanakannya, bahkan harus melanggar garis
takdir Tuhanku? Hanya demi kamu seorang boy. Dan apakah kamu peduli
denganku? I don’t think so. Mungkin pertanyaan yang lebih tepat
adalah, apakah kamu masih peduli denganku?
Mungkin sekarang aku bukan
lagi perempuan terhormat di hadapanmu dan dihadapan mereka,
teman-temanmu. Bukan juga perempuan tegas dan pintar seperti
anggapanmu selama ini jauh sebelum pertemuan kita malam itu. Banyak
kemungkinan. Tapi aku hanya bisa menyatakan itu sebagai masih mungkin
dan belum pasti. Apa pun yang terjadi aku bukan perempuan yang bisa
kau jadikan sebagai pelampiasanmu. That’s all that I believe as
your friend, and I don’t wanna expect something more from you
because now I realize that you could only give me an expectation but
not a proves from any words you had said. I know you boy, I know at
least on your skin of you self. That’s enough for me.
Djogjakarta,
28 Januari 2011
No comments:
Post a Comment