Saturday, March 31, 2012

Kata Seorang Perempuan II


Mungkin saja saat itu kau berpikir saat itu aku adalah pelampiasan satu-satunya yang bisa kau dapatkan di saat kesepian dan kekosongan batin sedang bersamamu selama beberapa tahun terakhir ini, sebenarnya pikiranmu salah. Mungkin saja saat itu aku terkesan seperti perempuan bodoh karena kepolosan dan keluguan seperti yang pernah kau katakan.

Dan, hei! Sebenarnya aku tidak memposisikan diriku sebagai perempuan pelampiasanmu bahkan merasa kalau diriku ini terlalu bodoh sampai harus merelakan diriku direbahkan bersamamu, sama sekali tidak. Yang aku tidak tahu adalah alasannya. Mengapa harus kamu yang menjadi orang pertama? Sementara jauh di sana ada laki-laki yang pernah aku harapkan bisa menjadi yang pertama untukku walaupun tidak bisa menjadi yang terakhir untukku! I don’t even expect that I would falling down in front of you, beside you so close and falling so deep!

Jika saja menurutmu kejadian itu hanya sebuah intermezzo dalam hubungan pertemanan di mana aku dan kamu sedang sendiri dan berasal dari background percintaan yang hamper sama, sebenarnya kamu salah. Karena sebuah intermezzo kehidupan tidaklah akan abadi di dalam memori dan hati seseorang, tapi saat itu adalah momen yang paling aku kenang sampai hari ini. I can’t forget about that night! I can’t erase it out of my mind, and I can’t stop to touch every part of my body when I remembering you by my side.

Hal yang masih menjadi teka-teki dan misteri buatku sampai hari ini adalah bagaimana bisa seseorang seperti dirimu bisa membuat aku lunak? Bisa membuat aku luluh? Dan bisa meraih diriku sampai jarak sedekat itu hanya dengan sekali raihan tangan? Lalu kenapa laki-laki yang aku harapkan dulu tidak bisa melakukannya? Apa karena dulu terlalu banyak ketakutan dalam diriku sehingga aku mengharamkan setiap inci dari tubuhku ini disentuh olehnya? Atau karena dulunya aku amsih terlalu polos dan lugu sampai aku tak tahu apa tujuan dari sebuah hubungan yang aku kenal dengan istilah pacaran?

Aku tak pernah membayangkan akan bertemu dengan laki-laki seperti dirimu secepat ini, yang aku kira akan aku temui setelah aku menghadapi fase di mana aku telah menjadi wanita seutuhnya dan bukan seorang gadis belasan tahun lagi. Tahukah kau bahwa kau telah mengacaukan pikiranku saat ini? Mengobrak abrik harta karun yang aku simpan jauh di dasar hatiku? Mengasah kesabaran dan mentalku? How could you do that to me? Im not your whore, I don’t even wanna be your one night only love for a couple hours you need to stay close with me. Im a virgin of a real love. And I even never been in touched by a guy. And now you are the first who touched my body, half of my body exactly.
Maybe there is no any kind boy so you are the first who could do that at me? It ain’t about I don’t like you more than a friend but I can’t believe that was you who can make me feel like this! Damn you boy! I hate you at this moment and maybe tomorrow I will.

Aku masih diliputi begitu banyak tanda Tanya yang bermain di atas kepalaku, begitu banyak pertanyaan dalam benakku sekarang. Its all about you and me, its all about us! You have to know about that, but how? I don’t even brave enough to tell you these directly. Dan aku juga belum bisa menanyakan semua hal yang menjadi tanda tanya kepadamu, I need a right time to talk with ya. Tapi kapan waktu yang tdpat itu datang, haruskah aku yang mencarinya, menrencanakannya, bahkan harus melanggar garis takdir Tuhanku? Hanya demi kamu seorang boy. Dan apakah kamu peduli denganku? I don’t think so. Mungkin pertanyaan yang lebih tepat adalah, apakah kamu masih peduli denganku?

Mungkin sekarang aku bukan lagi perempuan terhormat di hadapanmu dan dihadapan mereka, teman-temanmu. Bukan juga perempuan tegas dan pintar seperti anggapanmu selama ini jauh sebelum pertemuan kita malam itu. Banyak kemungkinan. Tapi aku hanya bisa menyatakan itu sebagai masih mungkin dan belum pasti. Apa pun yang terjadi aku bukan perempuan yang bisa kau jadikan sebagai pelampiasanmu. That’s all that I believe as your friend, and I don’t wanna expect something more from you because now I realize that you could only give me an expectation but not a proves from any words you had said. I know you boy, I know at least on your skin of you self. That’s enough for me.

Djogjakarta, 28 Januari 2011

No comments: