Djogjakarta, 29th
January 2011
The power of my mind
has been weak ‘till this time. I don’t have any faith as strong
as possible I have. And the power of positive thingking is more weak
than my negative thingking.
Jadi, apakah salah kalau
selama tiga tahun terakhir ini aku berubah dari segi pemikiran dan
keyakinan yang ternyata telah mempengaruhi kepribadian dan sifatku?
Aku tidak menyalahkan masa lalu, masa sekarang, atau takut akan masa
depan. Hanya saja, aku menyalahkan diriku yang masih terikat dengan
masa lalu, keluarga, cinta, persahabatan, teman-teman dan memori yang
masih tertinggal jauh di dasar hati dan otakku.
Aku pernah mengatakan hal
ini kepada seorang sahabat,
Jangan pernah kau
melupakan masa lalumu karena sesungguhnya masa lalu mempengaruhi hari
ini dan hari esok.
Bila saja kau tetap
ingin mengingat kenangan itu maka simpan itu di hatimu tapi kalau kau
ingin melupakannya cukup kau simpan kenangan itu di kepalamu.
Lalu sahabatku itu
menjawab, “aku ingin tetap menyimpan itu di hatiku.” Bisa saja
dia ingin tetap mengenang kenangan itu namun bisa saja dia hanya
ingin terlihat bijaksana di depanku. Di hadapan perempuan. Who knows?
**
Bila berbicara tentang
kenangan, maka banyak asumsi yang akan lahir dari setiap
pemikiran-pemikiran manusia. Ada yang menganggap kenangan itu adalah
bukti kalau kita pernah hidup, benar-benar merasakan hidup. Ada yang
bilang bahwa kenangan itu adalah sesuatu yang sifatnya abadi maupun
sementara. Dan bla bla bla bla. Bagaimana menurutku? Menurutku,
kenangan itu adalah sebuah peninggalan layaknya prasasti yang terukir
di dalam hati dan di bayangan mata kita walaupun sifatnya tidak
nyata. Seperti teori fenomena dan nomena dalam epistemology kiri.
Most of the people believe that phenomena is real but in fact the
nomena is the most real than phenomena. Fenomena hanyalah apa
yang terlihat di depan mata sementra nomena apa yang ada di balik
fenomena itu sendiri, dan itulah yang sebenarnya nyata dalam hidup
ini. Jadi, bila aku mengatakan kenangan itu adalah bayangan yang
tersirat di depan mataku berarti sebenarnya itu tidak nyata karena
yang nyata adalah apa yang sebenarnya aku telah alami bersama
orang-orang yang pernah ada di bayanganku.
Sungguh rumit memang bila
menyertakan teori-teori filsafat, ilmu politik, dan berbagai ilmu
lainnya ke dalam kehidupan nyata. Karena pelakasanaan dari
teori-teori tersebut sungguh sangat sulit untuk dilakukan. Begitu
juga dengan motivasi dan inspirasi yang diberikan oleh Romy Rafaell
malam ini. Sampai detik aku melanjutkan tulisanku ini aku masih belum
bisa menghadirkan bahkan menciptakan sendiri pikiran-pikiran positif
di dalam benak dan otakku.